Buka latgab relawan BPBD, Ganjar: Perlu ada penjurusan relawan agar profesional
Perlu adanya penjurusan relawan agar lebih profesional. Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka latihan gabungan relawan Jawa Tengah di Balai Diklat Sonyawarih Menawan, Kudus.

Elshinta.com - Perlu adanya penjurusan relawan agar lebih profesional. Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka latihan gabungan relawan Jawa Tengah di Balai Diklat Sonyawarih Menawan, Kudus.
"Kalau bisa ada penjurusan relawan. Kolaborasi dengan PMI, BMKG, maupun pemadam kebakaran biar lebih profesional kalau perlu ada penjurusan agar terfokus saat menanggani bencana," katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Jumat (10/6).
Gubernur memberikan motivasi kepada relawan untuk tetap siap siaga menghadapi berbagai potensi bencana, mulai dari pandemi, PMK, dan cuaca ekstrem yang diinformasikan terjadi pertengahan Juni-Juli ini. Sedangkan terkait penanganan bencana, Gubernur akan meminta kepala daerah di Jateng yang memiliki wilayah dataran tinggi membuat sumur resapan.
Menurut Ganjar, gerakan sumur resapan ini, diharapkan bisa menampung air hujan, sehingga bisa mencegah potensi banjir dan tanah longsor. "Saya bocori ya Pak, saya berencana mengirim surat kepada kepala daerah yang punya dataran tinggi untuk membuat sungai resapan. Kalau ditampung dari atas harapannya tidak terjadi banjir," ungkap Ganjar di hadapan160 relawan perwakilan BPBD se-Jawa Tengah mengikuti latihan gabungan.
Kalakhar BPBD Provinsi Jateng Bergas C Penanggungan mengungkapkan relawan harus terus meningkatkan kesiapsiagaan ketika terjadi bencana. Dimana, upaya dalam penyelamatan saat bencana penting agar penanganan tak terlambat. "Relawan harus paham bahwa momen dalam penanganan bencana penting. Selama diklat di sini, silakan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan," tegasnya.
Sementara itu, Bupati Kudus Hartopo, pengalaman dalam menangani lonjakan kasus Covid-19 di Kudus tahun lalu menjadi pelajaran yang sangat berharga. Pengalaman itu membentuk mental juga meningkatkan kemampuan relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus menghadapi bencana.
Ia menyampaikan totalitas para relawan di Kusus patut ditiru sebab mereka sampai tidak pulang berhari-hari. Namun, pengorbanan itu terbayar setelah akhirnya kasus Covid-19 di Kudus melandai. Pengalaman itu, bisa dibagikan dan dipelajari bersama relawan dari seluruh penjuru Jawa Tengah.
Selain pandemi, Kabupaten Kudus menghadapi potensi bencana alam tahunan yakni banjir. Namun, Hartopo mengungkapkan telah berkoordinasi dengan BBWS supaya normalisasi sungai dilakukan dari hulu sehingga menyeluruh. Tak hanya normalisasi lokal saja.
"Kalau banjir memang karena banyak sungai yang dangkal, perlu dinormalisasi," ucapnya.